Kendati terus melemah, harga CPO justru lebih baik dibanding 2019

PT KP PRESS - Harga crude palm oil (CPO) terpantau melemah dalam beberapa hari terakhir. Teranyar, berdasarkan Bloomberg, pada Jumat (24/1), harga CPO kontrak pengiriman April 2020 di Malaysia Derivative Exchange berada di level RM 2.883 per metrik ton. Hal ini tak terlepas dari imbas kebijakan India untuk membatasi impor CPO Malaysia. Kendati tengah dalam tren negatif dan diselimuti ketidakpastian, banyak pihak yang menilai CPO justru punya potensi untuk mencatatkan kinerja yang lebih baik dibanding 2019 silam.

KONTAK PERKASA FUTURES - Analis PT Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, sengketa yang melibatkan India-Malaysia akan segera menemui titik terang. Dampaknya akan membuat harga CPO kembali normal.“Kalau dilihat dari yang sudah-sudah, konflik sesama negara Asia itu jarang terjadi dalam waktu yang lama. Dalam beberapa pekan ke depan mungkin akan berakhir, sehingga kekhawatiran yang tercipta kemarin sifatnya sesaat saja,” ujar Deddy kepada Kontan.co.id, Minggu (26/1).

PT KONTAK PERKASA - Deddy melanjutkan, selama harga CPO masih berada di atas level RM 2.600, sebenarnya trennya itu masih bullish. Bahkan Deddy optimistis, CPO masih mungkin menyentuh level RM 3.000 pada tahun ini.Hal yang sama juga diungkapkan analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono. Menurut dia, di luar ketegangan India-Malaysia, CPO justru tengah diselimuti sentimen positif. Salah satunya adalah permintaan akan CPO yang akan meningkat pada tahun ini, imbas dari upaya peningkatan produksi dan penggunaan biodiesel.

PT KONTAK PERKASA FUTURES - “Indonesia, Malaysia, dan Thailand sedang meningkatkan penggunaan bahan bakar diesel yang dicampur dengan fatty acid methyl esters (FAME) untuk membuat bahan bakar yang lebih ramah lingkungan,” terang Wahyu. Dia menyebutkan, kebijakan tersebut diharapkan akan menambah serapan 3,3 juta ton CPO secara domestik untuk menghasilkan 9,6 juta kiloliter FAME pada 2020.

Namun, ada satu sentimen negatif yang bisa mengancam harga CPO selanjutnya. Yakni kesepakatan dagang antara China-Amerika Serikat (AS). Dalam kesepakatan tersebut, disebutkan China akan membeli kacang kedelai atau soybean dari AS.
“Ini bisa jadi sentimen negatif bagi harga CPO karena sifat kedua komoditas ini substitusi. Jadi kalau nantinya permintaan soybean cukup besar, bukan tidak mungkin akan menyisihkan CPO di pasar China,” papar Deddy.

Baik Deddy dan Wahyu sama-sama percaya jika CPO mencapai lagi level RM 3.000 akan besar kemungkinan terkoreksi. Wahyu memproyeksikan CPO akan bergerak pada rentang RM 2.600-RM 3.000 per metrik ton. Sementara Deddy memperkirakan di level RM 2.900-RM 2.970 per metrik ton.

Source : kontan.co.id