- Get link
- X
- Other Apps
- Get link
- X
- Other Apps
PT KONTAK PERKASA - Munculnya petisi dari warganet yang menggalang dukungan untuk
menyematkan nama Mantan Presiden RI BJ Habibie dalam nama Bandara
Kertajati, mengundang kontroversi di kalangan masyarakat Majalengka. Ada
yang sependapat, ada pula yang menolak dengan beragam alasan.
Penolakan diantaranya disampaikan Ketua PKB yang juga anggota DPRD Majalengka, Hamdi, Ketua PPP, Ali Imron, hingga cicit Pahlawan Nasional yang juga Ketua PUI Kabupaten Majalengka, Asep Zaki, serta sejumlah warga lainnya.
PT KONTAK PERKASA - Alasannya, menurut Hamdi, setiap bandara yang ada di daerah selalu mengangkat nama tokoh atau pahlawan yang ada di daerah tersebut. Kebetulan di Kabupaten Majalengka, ada Pahlawan Nasional yakni Abdul Halim, sehingga nama bandara dinilai lebih layak diberikan kepada pahlawan nasional asal Kabupaten Majalengka yang jasanya demikian besar bagi kemerdekaan, pembangunan ekonomi, serta agama Islam di Majalengka.
Atas pertimbangan tersebut, Ali Imron mengaku, partainya secara resmi telah menyampaikan rekomendasi nama bandara tersebut dengan nama Bandara KH Abdul Halim. Surat rekomendasi telah disampaikan kepada Bupati Majalengka untuk disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Pusat.
“Kami sudah cukup lama membahas nama bandara untuk direkomedasikan. Dan enam bulan lalu kami sudah menyampaikan rekomendasi tersebut kepada Bupati Majalengka untuk disampaikan kepada DPR RI, serta Pemerintah Pusat. Nama KH Abdul Halim ideal untuk nama bandara, adanya di Majalengka,” tutur Ali kepada Tati Purnawati dari Kabar Cirebon, Selasa, 17 September 2019.
Menurut Ali, tanpa mengesampingkan nama besar BJ Habibie yang jasanya begitu besar untuk Indonesia, ia berharap bahwa nama BJ Habibie bisa saja diabadikan dalam bidang lain di daerah lain.
Hanya saja, terkait dengan penamaan Bandara Internasional Jawa Barat, diungkapkan Asep, sebagaimana lazimnya penamaan bandara di Indonesia selalu mengangkat tokoh-tokoh setempat di mana bandara itu berdiri. Misalnya saja Bandara Sultan Hasanudin yang berlokasi di Makasar, mengangkat nama pahlawan daerahnya.
Hal yang sama juga terjadi di Kota Bandung, yang memilih nama Husein Sastranegara, Juga di Balikpapan, yang memilih nama Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman. “Kebetulan, KH Abdul Halim adalah tokoh asli Majalengka, lahir di Majalengka dan di makamkan di Majalengka, maka kiranya layak untuk dipertimbangkan. Apalagi sejumlah pihak telah secara resmi mengusulkan ke Kemenhub dan DPRRI untuk penamaan Bandara Kertajati menjadi Bandara Internasional Abdul Halim,” tutur Asep.
Salah seorang pemuda Majalengka, Ucu Supriatna, menyebutkan bahwa penamaan Bandara Kertajati dengan nama BJ Habibie wajar dilakukan, sesuai dengan dengan keahlian dan jasa yang dilakukan.
“Dua-duanya tokoh dan pahalwan nasional. Jika melihat tokoh dan keseuaian bidang, nama bandara bisa menggunakan nama BJ Habibie, sedangkan KH Abdul Halim dipergunakan untuk nama Islamic Centre atau Emabarkasi Haji,” kata Ucu.
Source : kontan.co.id
Penolakan diantaranya disampaikan Ketua PKB yang juga anggota DPRD Majalengka, Hamdi, Ketua PPP, Ali Imron, hingga cicit Pahlawan Nasional yang juga Ketua PUI Kabupaten Majalengka, Asep Zaki, serta sejumlah warga lainnya.
PT KONTAK PERKASA - Alasannya, menurut Hamdi, setiap bandara yang ada di daerah selalu mengangkat nama tokoh atau pahlawan yang ada di daerah tersebut. Kebetulan di Kabupaten Majalengka, ada Pahlawan Nasional yakni Abdul Halim, sehingga nama bandara dinilai lebih layak diberikan kepada pahlawan nasional asal Kabupaten Majalengka yang jasanya demikian besar bagi kemerdekaan, pembangunan ekonomi, serta agama Islam di Majalengka.
Atas pertimbangan tersebut, Ali Imron mengaku, partainya secara resmi telah menyampaikan rekomendasi nama bandara tersebut dengan nama Bandara KH Abdul Halim. Surat rekomendasi telah disampaikan kepada Bupati Majalengka untuk disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Pusat.
“Kami sudah cukup lama membahas nama bandara untuk direkomedasikan. Dan enam bulan lalu kami sudah menyampaikan rekomendasi tersebut kepada Bupati Majalengka untuk disampaikan kepada DPR RI, serta Pemerintah Pusat. Nama KH Abdul Halim ideal untuk nama bandara, adanya di Majalengka,” tutur Ali kepada Tati Purnawati dari Kabar Cirebon, Selasa, 17 September 2019.
Menurut Ali, tanpa mengesampingkan nama besar BJ Habibie yang jasanya begitu besar untuk Indonesia, ia berharap bahwa nama BJ Habibie bisa saja diabadikan dalam bidang lain di daerah lain.
Mengangkat putera daerah
Ketua PUI Kabupaten Majalengka, Asep Zaki, mengatakan, semua orang di Indonesia mengenal nama besar Prof BJ Habibie. Sebagai tokoh cendekiawan dan ilmuwan internasional yang memiliki kapasitas dan kapabilitas, namanya sudah tidak diragukan lagi.Hanya saja, terkait dengan penamaan Bandara Internasional Jawa Barat, diungkapkan Asep, sebagaimana lazimnya penamaan bandara di Indonesia selalu mengangkat tokoh-tokoh setempat di mana bandara itu berdiri. Misalnya saja Bandara Sultan Hasanudin yang berlokasi di Makasar, mengangkat nama pahlawan daerahnya.
Hal yang sama juga terjadi di Kota Bandung, yang memilih nama Husein Sastranegara, Juga di Balikpapan, yang memilih nama Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman. “Kebetulan, KH Abdul Halim adalah tokoh asli Majalengka, lahir di Majalengka dan di makamkan di Majalengka, maka kiranya layak untuk dipertimbangkan. Apalagi sejumlah pihak telah secara resmi mengusulkan ke Kemenhub dan DPRRI untuk penamaan Bandara Kertajati menjadi Bandara Internasional Abdul Halim,” tutur Asep.
Diakui dunia
Sementara itu, Ketua DPD Golkar Kabupaten Majalengka, Asep Eka Mulyana, berpendapat sebaliknya. Menurut dia, nama BJ Habibie bisa dijadikan nama bandara di Kertajati, sekaligus menyematkan gelar pahlawan nasional terhadap mantan presiden tersebut. Bukan hanya menjadi tokoh besar dalam dunia dirgantara, kiprah Habibie juga diakui di Indonesia dan dunia internasional.Salah seorang pemuda Majalengka, Ucu Supriatna, menyebutkan bahwa penamaan Bandara Kertajati dengan nama BJ Habibie wajar dilakukan, sesuai dengan dengan keahlian dan jasa yang dilakukan.
“Dua-duanya tokoh dan pahalwan nasional. Jika melihat tokoh dan keseuaian bidang, nama bandara bisa menggunakan nama BJ Habibie, sedangkan KH Abdul Halim dipergunakan untuk nama Islamic Centre atau Emabarkasi Haji,” kata Ucu.
Source : kontan.co.id
- Get link
- X
- Other Apps