- Get link
- Other Apps
- Get link
- Other Apps
Sebagai salah satu persembahan Kota Bandung dalam rangkaian
acara Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika, Sembilan Matahari
kembali menghadirkan karya kolaborasi terbarunya di Gedung Merdeka.
“1955: The New Asia and Africa” adalah sebuah karya dokumenter inovatif
berbentuk video mapping yang memadukan teknologi dan efek
visual berdurasi 25 menit dan akan ditayangkan pada tanggal 25 April
2015 pukul 19.00 WIB. Penonton di depan Gedung Merdeka akan dibawa
berpindah ruang dan waktu ke masa Konferensi Asia Afrika pertama 60
tahun yang lalu.
Visualisasi nilai-nilai sejarah Konferensi Asia Afrika adalah sebuah
tantangan bagi Sembilan Matahari; terutama dalam menyampaikannya melalui
inovasi media-media baru. Gedung Merdeka yang merupakan bagian penting
dari sejarah Konferensi Asia Afrika, akan menjadi lakon utama yang
bercerita mengenai perjalanan sejarah yang telah disaksikannya.
Museum sebagai sarana pendokumentasian sejarah kini beradaptasi dengan perkembangan zaman; tak lagi hanya terpatok pada catatan sejarah yang tertulis tetapi juga visualisasi dari catatan tersebut. Di sini lah peran teknologi menjadi penting, yaitu sebagai penerjemah catatan-catatan sejarah menjadi rangkaian visualisasi yang tak hanya informatif, tetapi juga menghibur dan inspiratif.
Karya video mapping Sembilan Matahari dikenal sebagai karya yang sarat dengan pesan masyarakat. Dalam pertunjukannya di Gedung Merdeka kali ini, Sembilan Matahari akan mengajak masyarakat untuk kembali menyalakan “Semangat Bandung” (nilai-nilai yang terangkum dari Dasa Sila Bandung 1955), yaitu: Menghormati Kebebasan dan Hak Azasi Manusia, Perbedaan, dan Penyelesaian Konflik secara Damai.
“Dinding, jendela, dan pintu Gedung Merdeka menjadi media ekspresi
yang akan berubah wujud menjadi bagian dari perangkat radio tua dan
telegram, dua perangkat komunikasi yang pernah sangat berjasa dalam
menyiarkan berita dan runutan peristiwa yang terjadi selama Konferensi
Asia Afrika 1955,” Adi Panuntun menggambarkan salah satu adegan dari video mapping nanti.
Menilik kembali ketika gemuruh awan mendung perseteruan dua kutub politik dunia bergema tanpa henti di seluruh belahan bumi, blok barat dan blok timur, negara-negara Asia dan Afrika justru berkumpul dan menyatukan suaranya, menentukan sikap ketidakberpihakan, menentang kolonialisme dan neo-kolonialisme, membangun kerjasama ekonomi dan kebudayaan. Enam puluh tahun yang lalu, Bandung berhasil membuat Gedung Merdeka menjadi poros tertujunya mata dunia. Rasa kebersamaan seperti itulah yang ingin dibangkitkan oleh Sembilan Matahari.
Kolaborator yang digandeng Sembilan Matahari dalam video mapping “1955: The New Asia and Africa” kali ini adalah studio visual effect dan animasi 3D yang didirikan oleh anak-anak muda penggiat industri kreatif, yaitu Anamorphic, Kampung Monster, S/VFX, dan Ayena Studio.
Sembilan Matahari telah sukses membuat gedung-gedung bersejarah di Indonesia menjadi “hidup” dan “bercerita”, beberapa diantaranya adalah Museum Fatahillah, Gedung Sate, Museum Batik Pekalongan, dan Museum Nasional. Sembilan Matahari adalah studio kreatif lintas disiplin yang berbasis di kota Bandung, dikenal melalui karya-karya yang memadukan teknologi, estetika, dan keunikan teknik penceritaan. Pengakuan publik nasional dan internasional diterima oleh Sembilan Matahari ketika mengharumkan nama Indonesia melalui keikutsertaannya dalam ajang festival-festival bergengsi dunia. Penghargaan yang diterima Sembilan Matahari diantaranya, Official Selection di Mapping Festival Geneva 2013, 1st winner di Zushi Media Art Festival Jepang 2013, 1st winner di Moscow International Festival Circle of Light 2014, dan Bronze medal di Citra Pariwara 2014 untuk kategori non-conventional media dalam merancang kampanye tentang sungai.
Pertunjukan ini terbuka untuk publik dan tidak dipungut biaya. Disarankan hadir 1 jam sebelum acara dimulai.
Museum sebagai sarana pendokumentasian sejarah kini beradaptasi dengan perkembangan zaman; tak lagi hanya terpatok pada catatan sejarah yang tertulis tetapi juga visualisasi dari catatan tersebut. Di sini lah peran teknologi menjadi penting, yaitu sebagai penerjemah catatan-catatan sejarah menjadi rangkaian visualisasi yang tak hanya informatif, tetapi juga menghibur dan inspiratif.
Karya video mapping Sembilan Matahari dikenal sebagai karya yang sarat dengan pesan masyarakat. Dalam pertunjukannya di Gedung Merdeka kali ini, Sembilan Matahari akan mengajak masyarakat untuk kembali menyalakan “Semangat Bandung” (nilai-nilai yang terangkum dari Dasa Sila Bandung 1955), yaitu: Menghormati Kebebasan dan Hak Azasi Manusia, Perbedaan, dan Penyelesaian Konflik secara Damai.
Menilik kembali ketika gemuruh awan mendung perseteruan dua kutub politik dunia bergema tanpa henti di seluruh belahan bumi, blok barat dan blok timur, negara-negara Asia dan Afrika justru berkumpul dan menyatukan suaranya, menentukan sikap ketidakberpihakan, menentang kolonialisme dan neo-kolonialisme, membangun kerjasama ekonomi dan kebudayaan. Enam puluh tahun yang lalu, Bandung berhasil membuat Gedung Merdeka menjadi poros tertujunya mata dunia. Rasa kebersamaan seperti itulah yang ingin dibangkitkan oleh Sembilan Matahari.
Kolaborator yang digandeng Sembilan Matahari dalam video mapping “1955: The New Asia and Africa” kali ini adalah studio visual effect dan animasi 3D yang didirikan oleh anak-anak muda penggiat industri kreatif, yaitu Anamorphic, Kampung Monster, S/VFX, dan Ayena Studio.
Sembilan Matahari telah sukses membuat gedung-gedung bersejarah di Indonesia menjadi “hidup” dan “bercerita”, beberapa diantaranya adalah Museum Fatahillah, Gedung Sate, Museum Batik Pekalongan, dan Museum Nasional. Sembilan Matahari adalah studio kreatif lintas disiplin yang berbasis di kota Bandung, dikenal melalui karya-karya yang memadukan teknologi, estetika, dan keunikan teknik penceritaan. Pengakuan publik nasional dan internasional diterima oleh Sembilan Matahari ketika mengharumkan nama Indonesia melalui keikutsertaannya dalam ajang festival-festival bergengsi dunia. Penghargaan yang diterima Sembilan Matahari diantaranya, Official Selection di Mapping Festival Geneva 2013, 1st winner di Zushi Media Art Festival Jepang 2013, 1st winner di Moscow International Festival Circle of Light 2014, dan Bronze medal di Citra Pariwara 2014 untuk kategori non-conventional media dalam merancang kampanye tentang sungai.
Pertunjukan ini terbuka untuk publik dan tidak dipungut biaya. Disarankan hadir 1 jam sebelum acara dimulai.
- Get link
- Other Apps