Minyak WTI Tergelincir Untuk Hari Kedua

Bloomberg (14/10) –Minyak WTI (West Texas Intermediate) jatuh untuk hari kedua seiring parlemen A.S. melanjutkan negosiasi kesepakatan untuk menaikkan batas utang pemerintah ditengah kekhawatiran akan  potensi gagal bayar (default) yang akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan melemahkan permintaan terhadap minyak mentah.

Kontrak berjangka tergelincir sebesar 0.8% di New York setelah menandai empat dari lima minggu kerugiannya pada 11 Oktober lalu. Kemarin, para pemimpin senat sibuk selama hampir empat jam tanpa ada penyelesaian yang berarti seiring dibayangi berakhirnya otorisasi pinjaman tanggal 17 Oktober mendatang. Ekspor dari China, konsumen minyak dunia terbesar kedua, secara tak terduga merosot pada bulan September lalu, berdasarkan pada data bea dan cukai Sabtu lalu.

“Kecemasan akan tetap ada seiring berlanjutnya salah kelola fiskal di A.S.,” menurut Jonathan Barratt, CEO dari  Barratt Bulletin di Sydney yang memprediksi bahwa investor akan membeli kontrak WTI sebesar $101 per barrel. “data ekspor China sangat buruk.”

Minyak WTI untuk pengiriman bulan November jatuh sebesar 81 sen ke level $101.21 per barrel pada transaksi elektronik di New York Mercantile Exchange. Itu ditransaksikan sebesar $101.49  pukul 11:01 pagi waktu Sydney. Kontrak tersebut jatuh sebesar1% ke level $102.02  pada tanggal 11 Oktober lalu, mengakhiri penurunan sebesar 1.8% selama satu pekan. Volume semua kontrak berjangka yang ditransaksikan sebesar 38% dibawah rata-rata seratus hari.

Minyak jenis Brent untuk penyelesaian bulan November jatuh sebesar 52 sen,atau 0.5%, ke level $110.76  per barel di London berdasarkan ICE Futures Europe exchange. Indeks acuan minyak Eropa berada pada premi di level $9.45 dibanding kontrak berjangka WTI, naik untuk enam hari berturut-turut tiap terpanjang sejak bulan Juni lalu. (bgs)