Wall Street mencatat penurunan mingguan pertama dalam empat pekan

 


PT KP PRESS - Wall Street turun pada perdagangan sepekan lalu, terutama diperberat oleh perdagangan jelang akhir pekan. Pasar saham dibebani oleh penurunan saham Amazon, Apple, dan saham teknologi kelas berat lainnya. Sementara investor khawatir tentang peningkatan kasus virus corona terkait dengan varian Delta yang sangat menular.

KONTAK PERKASA FUTURES - Pada hari Kamis, Los Angeles County mengatakan akan menerapkan kembali kewajiban memakai masker mulai akhir pekan. Pada hari Jumat, pejabat kesehatan masyarakat mengatakan kasus virus corona AS naik 70% dari minggu sebelumnya, dengan kematian naik 26%.

PT KONTAK PERKASA - "Covid mulai mempengaruhi pasar, ironisnya, untuk pertama kalinya sejak musim panas lalu, ketika perdagangan dibuka kembali," kata Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma.

PT KONTAK PERKASA FUTURES - Sepekan lalu, S&P 500 turun sekitar 0,97%. Dow Jones Industrial Average melemah 0,52% dalam sepekan. Nasdaq Composite merosot 1,87%. Ini adalah penurunan mingguan pertama ketiga indeks dalam empat minggu.

Jumat (16/7), Dow Jones Industrial Average turun 0,86% ke 34.687,85. S&P 500 melemah 0,75% menjadi 4.327,16. Nasdaq Composite turun 0,8% menjadi 14.427,24.

Harga saham Amazon dan Apple turun lebih dari 1% dan Nvidia kehilangan 4,2% pada perdagangan Jumat. Ketiga perusahaan tersebut berkontribusi lebih dari yang lain terhadap penurunan S&P 500 dan Nasdaq. Indeks sektor teknologi S&P 500 kehilangan hampir 1%, turun untuk dua hari terakhir setelah mencapai rekor pada hari Rabu.

Investor menyeimbangkan kekhawatiran tentang lonjakan inflasi baru-baru ini dengan jaminan dari Gubernur Federal Reserve Jerome Powell bahwa lonjakan harga bersifat sementara. Musim pendapatan kuartal kedua meningkat minggu ini , dengan laporan dari perusahaan termasuk Netflix, Johnson & Johnson, Verizon Communications, AT&T dan Intel.

Menurut perkiraan data IBES dari Refinitiv, analis rata-rata mengharapkan pertumbuhan 72% dalam laba per saham untuk perusahaan S&P 500.

Dengan S&P 500 naik sekitar 15% sepanjang tahun ini, investor akan mencari pembenaran atas lonjakan harga saham dari kinerja emiten. "Sulit bagi pasar untuk mendapatkan keuntungan di sini dari harga yang sudah tinggi ini," kata Rick Meckler, mitra di Cherry Lane Investments di New Vernon, New Jersey.

Indeks sektor energi S&P 500 merosot hampir 3% dan turun 8% minggu ini. Investor khawatir adanya lebih banyak pasokan serta peningkatan kasus virus corona yang meningkatkan kekhawatiran permintaan.

Data dari Departemen Perdagangan menunjukkan penjualan ritel rebound 0,6% bulan lalu karena pengeluaran beralih kembali ke sektor jasa. Hal ini memperkuat ekspektasi bahwa pertumbuhan ekonomi akan lebih kencang pada kuartal kedua. 

 

 

 

Sumber : PT KP Press