Harga minyak mentah acuan kompak naik ke jalur penguatan mingguan ketiga

 

PT KP PRESS - Harga minyak mentah menguat di awal perdagangan hari ini, dan berada di jalur penguatan mingguan ketiga berturut-turut. Sentimen positif datang dari upaya produsen minyak utama untuk menahan produksi di tengah kekhawatiran tentang pemulihan ekonomi dari pandemi virus corona.

KONTAK PERKASA FUTURES - Mengutip Reuters, Jumat (21/8) pukul 09.15 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman September 2020 naik tipis 8 sen atau 0,2% menjadi US$ 42,90 per barel. Dalam pekan ini, harga minyak WTI sudah berada di jalur untuk kenaikan 2% untuk pekan ini. 

PT KONTAK PERKASA - Serupa, harga minyak mentah berjangka jenis Brent kontrak pengiriman Oktober 2020 naik 16 sen atau 0,4% menjadi US$ 44,07 per barel dan menuju kenaikan mingguan sekitar 0,5%. Kedua kontrak patokan sempat turun sekitar 1% pada hari Kamis (20/8) di tengah kekhawatiran ekonomi setelah klaim pengangguran mingguan AS lebih tinggi dari yang diharapkan.

PT KONTAK PERKASA FUTURES - Sementara itu, sebuah laporan internal oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, OPEC+, fokus untuk memastikan bahwa anggota yang telah memproduksi berlebihan bertentangan dengan komitmen mereka akan memangkas produksi mereka, seperti yang ditandai setelah pertemuan OPEC+ pada hari Rabu.

Reuters melaporkan bahwa OPEC+ menemukan beberapa anggota perlu memangkas produksi sebesar 2,31 juta barel per hari untuk menutupi kelebihan pasokan mereka baru-baru ini. "Mereka benar-benar fokus pada kepatuhan dari anggota OPEC. Mereka telah memanggil Irak dan Nigeria karena tidak mematuhi. Itu semua sangat bagus untuk mendukung harga," kata Louis Crous,  Chief Investment Officer BetaShares Capital.

Laporan internal menandai, terdapat risiko permintaan yang membuat OPEC+ kembali merevisi permintaan minyak pada tahun 2020 yang turun 9,1 juta barel per hari, 100.000 barel per hari lebih banyak dari perkiraan sebelumnya. Selain itu, gelombang infeksi kedua yang berkepanjangan melanda China, India, Eropa, dan Amerika Serikat pada paruh kedua tahun ini, membuat permintaan bisa turun 11,2 juta barel per hari pada 2020. 

"Harapan saya akan permintaan terus menjadi pemulihan yang cukup bergelombang," kata Lachlan Shaw, Head of Commodity Research National Australia Bank. Analis menambahkan, para analis melihat Brent bertahan di dekat US$ 45 per barel tetapi tidak mengharapkan pasar untuk mendorong lebih tinggi dalam waktu dekat. "Sulit untuk melihat keyakinan dengan cara apa pun. Dari perspektif musiman, Anda mungkin akan mengantisipasi hal-hal sedikit melemah," pungkas Shaw.

Source : kontan.co.id