Harga minyak ditutup melemah setelah kekhawatiran gelombang kedua corona merebak


PT KP PRESS - Harga minyak mentah ditutup melemah pada perdagangan Senin (11/5). Ini terjadi setelah investor khawatir tentang gelombang kedua infeksi virus corona, tetapi pengurangan produksi yang dilakukan Arab Saudi membuat kekhawatiran tentang kelebihan pasokan membuat pelemahan harga terbatas.
Mengutip Reuters, harga mentah jenis Brent kontrak pengiriman Juli 2020 di ICE Futres turun US$ 1,34, atau 4,3% ke level US$ 29,63 per barel. 

KONTAK PERKASA FUTURES - Setali tiga uang, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Juni 2020 melemah 60 sen, atau 2,4%, dan membuatnya ditutup di US$ 24,14 per barel. Sepanjang tahun ini, harga minyak mendapat tekanan dari permintaan minyak global yang merosot hingga 30% karena pandemi virus corona. Wabah ini membuat terjadinya pembatasan pergerakan di seluruh dunia yang akhirnya meningkatkan inventaris global. 

PT KONTAK PERKASA - Alhasil, harga minyak berjangka telah jatuh lebih dari 55% di tahun ini. Walau begitu, harga minyak telah naik selama dua minggu terakhir, didukung oleh rebound permintaan yang moderat karena beberapa negara sudah melakukan pelonggaran pembatasan. Namun, kekhawatiran tentang gelombang kedua virus nyatanya mulai membebani masa depan minyak. Pada awal pekan ini, Jerman melaporkan bahwa infeksi virus corona baru meningkat secara eksponensial setelah langkah awal untuk pelonggaran lockdown dilakukan. Di tempat lain, Wuhan, pusat wabah di China, melaporkan ada kelompok infeksi baru sejak lockdown kota itu dicabut sebulan yang lalu.

PT KONTAK PERKASA FUTURES - Hal yang sama juga terjadi di Korea Selatan yang memperingatkan gelombang kedua virus itu pada hari Minggu (10/5) yang muncul dari klub malam di kawasan Itaewon. Sebelumnya, harga minyak mendapat sokongan setelah seorang pejabat kementerian energi Arab Saudi mengatakan bahwa pemerintah sudah meminta perusahaan minyak nasional, Saudi Aramco, untuk kembali memangkas produksi minyak mentahnya untuk bulan Juni sebanyak 1 juta barel per hari. "Hasil positif utama dari pemotongan tambahan ini adalah dapat menghindari penuhnya tanki penyimpanan global jika permintaan tidak meningkat seperti yang diharapkan," kata analis pasar minyak senior Rystad Energy Paola Rodriguez Masiu.

Adanya tambahan pengurangan ini di atas pakta yang sudah disepakati Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutu, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, untuk memotong produksi sekitar 10 juta barel per hari mulai 1 Mei dalam upaya untuk mendukung harga. "Ini adalah keseimbangan antara pengurangan produksi OPEC versus kekhawatiran tentang kemungkinan gelombang kedua coronavirus," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.
Pemerintah Kazakhtan menandatangani sebuah dekrit untuk memangkas produksi minyak mulai Mei dan seterusnya sejalan dengan kesepakatan yang disepakati bulan lalu oleh kelompok produsen OPEC+, empat sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters.

Di Amerika Serikat, kekhawatiran bahwa negara tersebut kehabisan ruang penyimpanan minyak mengirim harga WTI ke wilayah negatif bulan lalu, mendorong beberapa produsen AS untuk mengendalikan output. Jumlah rig minyak dan gas yang beroperasi di produsen minyak terbesar di dunia turun menjadi 374 di pekan yang berakhir 8 Mei. Berdasarkan data Baker Hughes Co, ini jadi rekor terendah sejak tahun 1940. 

Source : kontan.co.id