Harga minyak bergerak di rentang sempit hingga muncul keputusan OPEC

PT KP PRESS - Harga minyak masih bergerak di rentang sempit sejak awal pekan ini. Setelah pulih dari harga terendah sejak 2016 yang tercapai akhir pekan lalu, harga minyak hilir mudik antara level US$ 46,75 hingga US$ 47,40 per barel. Kamis (5/3) pagi pukul 7.06 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2020 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 47,29 per barel, baik 1,09% ketimbang harga penutupan perdagangan kemarin pada US$ 46,78 per barel.

KONTAK PERKASA FUTURES - Setelah naik dua hari sejak awal pekan, harga minyak kemarin turun di tengah upaya OPEC+ mencapai kesepakatan pemangkasan produksi lebih lanjut. Kemarin, menteri minyak Rusia dan Arab Saudi bertemu sebelum pertemuan para menteri OPEC+ di Wina yang akan berlangsung hari ini. Saudi mendorong pemangkasan tambahan sebesar 1 juta barel per hari. Tapi, Rusia masih mempertimbangkan jumlah pemangkasan yang besar ini.

PT KONTAK PERKASA - Menteri Minyak Iran Bijan Zanganeh mengatakan bahwa pasar minyak masih menghadapi surplus. "Perlu bagi OPEC dan non-OPEC untuk mengupayakan keseimbangan pasar," kata dia seperti dikutip Reuters. Goldman Sachs memangkas prediksi harga minyak brent menjadi US$ 45 per barel pada bulan April. Goldman meramalkan harga minyak acuan internasional ini akan naik secara bertahap hingga US$ 60 per barel pada akhir tahun. Kemarin, harga minyak brent untuk pengiriman Mei 2020 di ICE Futures turun 1,41% ke US$ 51,13 per barel dari sebelumnya US$ 51,86 per barel.

PT KONTAK PERKASA FUTURES - Sementara Morgan Stanley memangkas prediksi harga minyak brent kuartal kedua 2020 menjadi US$ 55 per barel dan WTI menjadi US$ 50 per barel karena penurunan permintaan akibat virus corona. Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates mengatakan, pasar minyak akan tertekan oleh dampak virus corona terhadap permintaan. "Saya tidak melihat pemulihan permintaan ke level sebelum virus corona dalam beberapa bulan mendatang karena penyebaran virus di Eropa dan Amerika Serikat (AS) akan menimbulkan gangguan perjalanan dan pertemuan, serta menghancurkan permintaan," kata dia.

Sementara itu, stok minyak mentah di AS naik 785.000 barel. Data Energy Information Administration ini lebih rendah daripada prediksi. Stok bensin dan solar turun masing-masing lebih dari 4 juta barel. Sementara ekspor naik hampir 4,2 juta barel per hari.
"Data tersebut mengonfirmasi kondisi pasar fisik, yakni, kondisi saat ini tidak terlalu buruk, untuk sekarang," kata Scott Shelton, energy salesperson United ICAP.

Source : kontan.co.id