- Get link
- X
- Other Apps
- Get link
- X
- Other Apps
PT KP PRESS - Jelang OPEC meeting, isu pengurangan produksi minyak oleh anggota OPEC belum bisa jadi katalis yang mendorong pergerakan harga minyak ke depan. Mengutip data Bloomberg, Senin (2/12) pukul 19.30 WIB, harga minyak west texas intermediate
(WTI) untuk pengiriman Januari 2020 di New York Mercantile Exchange ada
di US$ 56,45 per barel, naik 2,32% dari akhir pekan lalu yang ada di
US$ 55,17 per barel.
KONTAK PERKASA FUTURES - Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menyebut harga minyak sepanjang tahun 2019 sudah menunjukkan pergerakan yang stabil berkisar di US$ 50 per barel. Namun, ia masih memprediksikan harga minyak masih akan bergerak di kisaran US$ 55 hingga akhir tahun 2019.
Harga minyak menurut Wahyu masih akan dipengaruhi oleh beberapa sentimen di antaranya sentimen perang dagang dan kepastian perjanjian pengurangan produksi dalam OPEC Meeting mendatang.
PT KONTAK PERKASA - "Minyak mentah terperangkap di antara level US$ 50 per barel-US$ 60 per barel. Sudah seperti ini sejak akhir pekan 25 Oktober lalu. Ini menunjukkan bahwa investor menahan harga dalam kisaran itu karena mereka menunggu berita tentang kemajuan negosiasi perdagangan AS dan China dan keputusan OPEC+ untuk memperpanjang pengurangan produksi," tutur Wahyu Senin (2/12). Adanya tarik ulur perang dagang menurut Wahyu di satu sisi memicu kekhawatiran terkait permintaan global untuk minyak. Namun di sisi lain tarik menarik perang dagang ini membawa harapan bagi pasar terkait perpanjangan perjanjian pemangkasan produksi.
PT KONTAK PERKASA FUTURES - "Isu pemotongan produksi OPEC+ mungkin kurang kuat menyokong harga. Karena isu fundamental ekonomi global yang masih lemah apalagi isu trade war yang belum jelas, terakhir beban China atas campur tangan AS soal isu Hong Kong," tandas Wahyu.
Terkait pemintaan, belum ada permintaan yang signifikan menguat untuk minyak. Sementara persediaan minyak masih tergolong banyak terlebih setelah AS justru mengambil alih market share OPEC pasca OPEC memangkas produksi.
Jika Rusia menolak untuk mengurangi produksi, Wahyu menilai harga minyak cenderung akan anjlok. Asal tahu saja, dalam agenda OPEC meeting pekan ini, akan ada pendekatan baru terkait pemangkasan produksi minyak. Di sisi lain, analis PT Monex Investindo Futures, Faisyal justru menilai ada kemungkinan harga minyak akan naik menjelang OPEC meeting.
"Menjelang pertemuan tanggal 5 nanti harga minyak ada potensi untuk naik. Karena adanya ekspektasi perpanjangan masa pengurangan produksi yang lebih besar dari kesepakatan sebelumnya yakni sebesar 1,2 juta barel per hari," tutur Faisyal. Masih adanya harapan akan tercapainya pendatangan kesepakatan perang dagang tahap satu antara AS-Cina dan membaiknya data manufaktur Cina menjadi katalis bagi pergerakan harga minyak.
Namun jika data persediaan minyak AS tidak menunjukkan pengurangan, harga minyak diprediksi akan menguat terbatas. Terkait isu pengurangan produksi minyak oleh Rusia menurut Faisyal masih 50% akan disetujui pasalnya perusahaan minyak di Rusia justru meminta tidak ada penurunan lanjutan.Faisyal memprediksikan hingga akhir tahun harga minyak akan bergerak di kisaran US$ 58 per barel-US$ 60 per barel. Sementara Wahyu memperkirakan harga minyak akan bertahan di kisaran US$ 55 per barel hingga akhir tahun 2019. Untuk tahun depan, Wahyu belum yakin akan ada perbaikan harga minyak mengingat masih adanya ketidakpastian perekonomian global dan kelebihan pasokan minyak yang diprediksi akan berlanjut.
Source : kontan.co.id
KONTAK PERKASA FUTURES - Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menyebut harga minyak sepanjang tahun 2019 sudah menunjukkan pergerakan yang stabil berkisar di US$ 50 per barel. Namun, ia masih memprediksikan harga minyak masih akan bergerak di kisaran US$ 55 hingga akhir tahun 2019.
Harga minyak menurut Wahyu masih akan dipengaruhi oleh beberapa sentimen di antaranya sentimen perang dagang dan kepastian perjanjian pengurangan produksi dalam OPEC Meeting mendatang.
PT KONTAK PERKASA - "Minyak mentah terperangkap di antara level US$ 50 per barel-US$ 60 per barel. Sudah seperti ini sejak akhir pekan 25 Oktober lalu. Ini menunjukkan bahwa investor menahan harga dalam kisaran itu karena mereka menunggu berita tentang kemajuan negosiasi perdagangan AS dan China dan keputusan OPEC+ untuk memperpanjang pengurangan produksi," tutur Wahyu Senin (2/12). Adanya tarik ulur perang dagang menurut Wahyu di satu sisi memicu kekhawatiran terkait permintaan global untuk minyak. Namun di sisi lain tarik menarik perang dagang ini membawa harapan bagi pasar terkait perpanjangan perjanjian pemangkasan produksi.
PT KONTAK PERKASA FUTURES - "Isu pemotongan produksi OPEC+ mungkin kurang kuat menyokong harga. Karena isu fundamental ekonomi global yang masih lemah apalagi isu trade war yang belum jelas, terakhir beban China atas campur tangan AS soal isu Hong Kong," tandas Wahyu.
Terkait pemintaan, belum ada permintaan yang signifikan menguat untuk minyak. Sementara persediaan minyak masih tergolong banyak terlebih setelah AS justru mengambil alih market share OPEC pasca OPEC memangkas produksi.
Jika Rusia menolak untuk mengurangi produksi, Wahyu menilai harga minyak cenderung akan anjlok. Asal tahu saja, dalam agenda OPEC meeting pekan ini, akan ada pendekatan baru terkait pemangkasan produksi minyak. Di sisi lain, analis PT Monex Investindo Futures, Faisyal justru menilai ada kemungkinan harga minyak akan naik menjelang OPEC meeting.
"Menjelang pertemuan tanggal 5 nanti harga minyak ada potensi untuk naik. Karena adanya ekspektasi perpanjangan masa pengurangan produksi yang lebih besar dari kesepakatan sebelumnya yakni sebesar 1,2 juta barel per hari," tutur Faisyal. Masih adanya harapan akan tercapainya pendatangan kesepakatan perang dagang tahap satu antara AS-Cina dan membaiknya data manufaktur Cina menjadi katalis bagi pergerakan harga minyak.
Namun jika data persediaan minyak AS tidak menunjukkan pengurangan, harga minyak diprediksi akan menguat terbatas. Terkait isu pengurangan produksi minyak oleh Rusia menurut Faisyal masih 50% akan disetujui pasalnya perusahaan minyak di Rusia justru meminta tidak ada penurunan lanjutan.Faisyal memprediksikan hingga akhir tahun harga minyak akan bergerak di kisaran US$ 58 per barel-US$ 60 per barel. Sementara Wahyu memperkirakan harga minyak akan bertahan di kisaran US$ 55 per barel hingga akhir tahun 2019. Untuk tahun depan, Wahyu belum yakin akan ada perbaikan harga minyak mengingat masih adanya ketidakpastian perekonomian global dan kelebihan pasokan minyak yang diprediksi akan berlanjut.
Source : kontan.co.id
- Get link
- X
- Other Apps