Instalasi Gabion Dikritik Riyanni Djangkaru, Ini Tanggapan Warga

PT KONTAK PERKASA - Pemerhati lingkungan Riyanni Djangkaru mempersoalkan material instalasi gabion Bundaran Hotel Indonesia (HI). Menurutnya, instalasi tersebut dibuat dari terumbu karang yang dilindungi. Detikcom yang memantau di lokasi, Minggu (25/8/2019), sejak pukul 07.02 WIB, intalasi gabon itu masih berdiri tegak. Banyak pula masyarakat yang mengabadikan instasi tersebut dengan berfoto-foto.

PT KONTAK PERKASA -Beberapa masyarakat yang berada di sekitar Bundaran HI juga memberikan pendapatnya. Menurut masyarakat hiasan tersebut cukup menarik sebagai hiasan jalan. "Kayak model istilahnya pegununganlah, alam. Ini alami kalau gini, ada batu, diatasnya pohonan tuh," kata Reskiadi Tripriatna, di area Bundaran HI, Jalan M.H. Thamrin, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat.

Pria yang akrab disapa Eki itu juga menanggapi pendapat pemerhati lingkungan mengenai instalasi ini yang dibuat menggunakan batu karang. Menurutnya pemerintah perlu menjawab pendapat pemerhati lingkungan tersebut agar tidak terjadi kesalahpahaman.

"Ya pemerintah tinggal mensosialisasikan saja ke yang bersangkutan gitu ditemui lah sama yang bagian kelautannya. Ini nilai manfaatnya masih ada gak, pertumbuhannya. Kalau udah gak tumbuh kan lumayan dialokasikan ke tempat lain supaya menata indah ibukota kan mencerminkan budaya kita juga," sambungnya.

Pendapat lain disampaikan Bambang (38) warga Jakarta Barat. Menurutnya, lebih baik instalasi ini menggunakan jenis batu lain agar lebih ramah lingkungan. "Menurut saya salah juga sih kalau yang namanya Dinas Kehutanan disuruh ngurusin beginian ya, ini kan batu karang. Lagi juga itu kan kita tahu dia dilindungi. Seharusnya sih pakailah batu-batu lain kan kita masih banyak juga. Atau bisa juga bikin instalasi lainlah yang lebih ramah lingkungan," kata Bambang.

Bambang mengaku sudah membaca informasi mengenai instalasi ini terbuat dari batu karang. Dia menyarankan agar area ini lebih baik ditanami pepohonan. "Kalau memang tujuannya untuk penghijauan ya sebaiknya ditanam pohon yang lebih menyerap polusi karena di sini kan panas nih areanya," sambungnya. Dia juga menyampaikan kalau pun batu karang itu sudah mati seharusnya pemerintah tidak menggunakannya sebagai hiasan jalan. Pria yang mengaku baru menyelam pada bulan Juli lalu mengkhawatirkan hal ini akan mendorong eksploitasi batu karang yang masih hidup.

"Mudah-mudahan pemerintah ke depannya lebih bijaksanalah buat ornamen supaya gak jadi contoh buat kota lain atau orang-orang kaya gitu ya yang ngerasa punya duit, bikin apa gitu. Mungkin terumbu karang ini udah mati tapi ya kalau yang mati aja digunain pasti nantinya akan terjadi eksploitasi pada masyarakat untuk menggunakan terumbu karang yang masih hidup," jelas Bambang.

Source : detik.com