Mengenal “On-Device AI” di Smartphone: Apa Gunanya?
Get link
Facebook
X
Pinterest
Email
Other Apps
PT KONTAK PERKASA FUTURES - Belakangan ini tren AI (Artificial Intelegent) sudah
menjamur di berbagai industri teknologi. Tak ketinggalan di industri
smartphone, AI menjadi salah satu fitur yang bisa dibilang sudah menjadi
“fitur wajib” terutama untuk smartphone kelas menengah ke-atas.
Smartphone tanpa fitur AI akan terasa kurang dan mungkin akan dianggap
ketinggalan jaman.
PT KONTAK PERKASA FUTURES - Lalu, apa yang sebenarnya dimaksud sebagai AI yang ada di
smartphone-smartphone terkini itu. Apa yang membuatnya smartphone
tersebut lebih unggul, jika dibandingkan dengan smartphone tanpa
teknologi AI? Kami akan sedikit membahas tentang AI dan penggunaanya
pada smartphone terkini.
Smartphone & “AI”: Kombinasi Kekinian
Penggunaan AI di smartphone menghadirkan beberapa fitur baru, contohnya adalah personal assistant.
Beragam personal assistant, seperti Google Assistant, Siri, dan Cortana
hadir dengan memanfaatkan teknologi AI ini. Dan saat ini, perkembangan
teknologi AI telah mampu meningkatkan fitur-fitur pada smartphone itu
sendiri, di luar personal assistant, mulai dari untuk performa, konsumsi
daya, fitur kamera, serta fitur-fitur lain yang mendukung kenyamanan
dan kemudahan penggunaan. Dengan kemampuan AI, optimasi fitur-fitur
tersebut tidak hanya berfungsi sebagaimana yang ditetapkan produsen
smartphone, tetapi bisa berkembang sesuai dengan kebiasaan pengguna.
Sebagai contoh, kita akan coba membahas fitur penghematan daya
baterai. Sebelum AI marak digunakan, pengguna harus mengatur secara
manual fitur “Performance Mode”, di mana smartphone akan berjalan di
kemampuan terbaiknya, yang akan dibutuhkan untuk beberapa aktivitas,
seperti bermain game, browsing dengan banyak tab terbuka, ataupun
editing konten. Namun, bila pengguna tidak menonaktifkan mode itu
setelah selesai beraktivitas, konsumsi daya baterai smartphone tetap
akan berada di tingkat yang terbilang tinggi, membuat baterai relatif
lebih cepat habis. Kini, dengan AI, tingkat performa bisa ditentukan
otomatis dengan memanfaatkan AI itu, sesuai kebutuhan dan kebiasaan
pengguna.
Penggunaan AI lain yang cukup marak ada di kamera smartphone. Dengan
AI, smartphone bisa menawarkan optimasi pengambilan gambar yang lebih
baik. Kamera bisa secara otomatis menyesuaikan parameter pengambilan
foto sesuai dengan kondisi lingkungan tempat pengambilan foto. Selain
itu, AI juga memungkinkan kamera smartphone mengambil foto berdasarkan
objek tertentu, dengan parameter dan efek foto diatur secara otomatis,
sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok untuk menonjolkan objek
tersebut, misalnya untuk objek makanan, bunga, hewan, juga untuk “beautification“, dan lain sebagainya.
Bagaimana “AI” Bekerja?
Melihat fungsi dari AI di smartphone itu, hal yang mungkin membuat
kita penasaran adalah bagaimana sebenarnya AI ini bisa membuat kemampuan
yang ditawarkan smartphone berkembang sesuai dengan apa yang dibutuhkan
penggunanya. Secara singkat, “AI” di sini berarti ada suatu sistem yang
bertugas untuk melakukan analisa terhadap aktivitas pengguna, di mana
data-data yang dibutuhkan untuk dianalisa itu dikirimkan oleh smartphone
ke sistem tersebut. Sistem tersebut umumnya ditempatkan di cloud, yang
dikelola oleh pengembang sistem, misalnya Google untuk Google Assistant.
Nantinya, informasi hasil analisa data tersebut digunakan smartphone
untuk meningkatkan kemampuan fitur yang ada di dalamnya. Awalnya, “AI” di smartphone membutuhkan komunikasi dengan cloud untuk bekerja.
“Teknik” kerja AI ini sebenarnya sudah digunakan selama beberapa
waktu, terutama sejak kemunculan personal assistant berbasis suara,
seperti Google Assistant. Namun, seiring perkembangan kebutuhan akan AI
ini, memanfaatkan cloud untuk AI sudah dipandang merupakan kendala
tersendiri. Salah satu faktor utamanya adalah data yang harus dianalisa
harus dikirim terlebih dahulu ke cloud, yang tentunya juga tergantung
dengan koneksi Internet pada smartphone itu sendiri. Hal ini tentunya
jadi tantangan tersendiri bagi pengembang AI untuk smartphone, di mana
mereka harus bisa mengatasi “keterbatasan” itu agar adopsi AI menjadi
lebih fleksibel dan lebih luas, sehingga AI bisa berjalan lebih optimal.
Solusinya, AI pun kini “diproses” di dalam smartphone itu sendiri.
“AI” Bisa Diproses di Smartphone?
Ya, bisa! Analisis data untuk kebutuhan AI pun bisa dikerjakan di
smartphone, dengan memanfaatkan komponen-komponen yang ada di
smartphone. Memang, untuk saat ini, pengolahan AI di smartphone masih
ada di tingkat yang jauh lebih sederhana dari yang bisa ditawarkan oleh
AI dengan cloud, sehingga tetap saja cloud akan dibutuhkan untuk
menawarkan semua kemampuan AI di smartphone. Namun, karena ada proses
yang bisa dikerjakan di smartphone, AI pun bisa jadi lebih efisien. Namun, saat ini, AI pun sudah bisa diproses sendiri oleh smartphone.
Sebagai contoh, untuk AI di kamera, pengenalan objek-objek yang cukup
umum untuk pemilihan “scene” foto, seperti makanan, bunga, dan beberapa
jenis objek lain, sudah bisa dilakukan sepenuhnya di smartphone yang
sudah dilengkapi dengan komponen-komponen yang mendukung AI. “On-Device
AI” seperti ini memanfaatkan sejumlah prosesor di dalam SoC smartphone,
seperti CPU, GPU, dan lain-lain untuk analisa data di dalam smartphone
sendiri, sehingga hasilnya bisa didapatkan langsung, tidak perlu
dilakukan oleh cloud, yang membuat smartphone yang tidak terhubung ke
Internet pun bisa mendapatkan manfaat AI ini. Lalu, apa “On-Device AI”
ini memiliki perbedaan dengan “AI” berbasis cloud?
Beda “On-Device AI” di Smartphone dan “AI” Biasa
On-Device AI tentunya memiliki perbedaan dengan AI berbasis cloud,
terutama dalam skala kemampuan yang ditawarkan. Ya, apa yang bisa
diproses di smartphone tentunya tidak seluas apa yang bisa diproses oleh
cloud, karena cloud pastinya memiliki kemampuan proses jauh lebih
tinggi dari sebuah smartphone. AI yang bisa diproses secara lokal di
smartphone umumnya memiliki fungsi yang lebih terbatas, tetapi sudah
bisa memenuhi sebagian kebutuhan AI di smartphone itu sendiri.
Walaupun begitu, on-device AI tentunya memiliki respon yang lebih
cepat, karena proses dilakukan di dalam smartphone itu sendiri.
On-device AI ini juga lebih efisien, karena smartphone tidak perlu
terus-menerus terhubung ke cloud ketika ada proses AI berjalan, terlebih
lagi ketika koneksi Internet tidak stabil, yang umumnya selain memakan
paket data, akan menguras daya baterai. Selain itu, karena tidak ada
transfer data ke cloud, AI “internal” smartphone ini juga relatif lebih
aman.
Menariknya, on-device AI ini tetap bisa berkembang, menyesuaikan diri
dengan kebutuhan yang ada. On-device AI pun tetap berkomunikasi dengan
AI di cloud untuk “belajar”, meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi
kebutuhan yang lebih luas. Jadi, on-device AI ini bukan benar-benar
menggantikan total fungsi AI berbasis cloud, tetapi akan menjadi
pelengkap untuk menawarkan AI yang lebih fleksibel di smartphone.
AI Engine: Paket “On-Device AI” dari Qualcomm
Seperti yang sudah dibahas di atas, on-device AI membutuhkan
prosesor-prosesor di dalam smartphone untuk bekerja, mengolah data
menjadi informasi untuk kebutuhan AI. Mari kita ambil contoh dari paket
dari Qualcomm untuk “on-device AI”, yang mereka sebut sebagai AI Engine,
yang tersedia di beberapa SoC kelas menengah ke atas mereka. AI Engine
ini sendiri tersedia di SoC kelas menengah, Snapdragon 660 &
Snapdragon 670, serta SoC kelas atas, mulai dari Snapdragon 710,
Snapdragon 820/821, Snapdragon 835, hingga Snapdragon 845/850.
Sebagai sebuah “paket”, AI Engine ini terdiri dari komponen hardware
dan komponen software. Di sisi hardware, Qualcomm menyebutkan bahwa AI
Engine ini dimungkinkan berkat kerja sama dari CPU Kryo, GPU Adreno, dan
Hexagon Vector Processor, yang ada di DSP Hexagon di SoC Snapdragon.
Komponen-komponen hardware itu bisa bekerja sama, di mana masing-masing
komponen itu akan menangani pemrosesan komponen analisa data AI yang
berbeda, saling mendukung satu-sama-lain, membuat proses AI menjadi
efisien, sesuai dengan tuntutan on-device AI yang ada.
Komponen hardware dari AI Engine itu akan bekerja sama dengan
beberapa komponen software, yang memungkinkan pengembang aplikasi bisa
mendapatkan akses untuk memanfaatkan CPU, GPU, dan DSP di SoC Snapdragon
yang siap untuk AI Engine, untuk melakukan proses AI. Selain itu,
terdapat juga komponen software yang medukung pertukaran data antara
smartphone dengan cloud, untuk mendukung AI dalam smartphone
berkomunikasi dengan AI di cloud untuk belajar, atau menjalankan analisa
yang tidak bisa dilakukan secara on-device. Qualcomm menyebutkan,
kemampuan tinggi dari SoC yang telah dipersenjatai dengan AI Engine ini
akan menawarkan pengalaman on-device AI yang bisa memuaskan kebutuhan
penggunanya.