- Get link
- X
- Other Apps
- Get link
- X
- Other Apps
PT KONTAK PERKASA FUTURES - Belakangan ini tren AI (Artificial Intelegent) sudah
menjamur di berbagai industri teknologi. Tak ketinggalan di industri
smartphone, AI menjadi salah satu fitur yang bisa dibilang sudah menjadi
“fitur wajib” terutama untuk smartphone kelas menengah ke-atas.
Smartphone tanpa fitur AI akan terasa kurang dan mungkin akan dianggap
ketinggalan jaman.
PT KONTAK PERKASA FUTURES - Lalu, apa yang sebenarnya dimaksud sebagai AI yang ada di smartphone-smartphone terkini itu. Apa yang membuatnya smartphone tersebut lebih unggul, jika dibandingkan dengan smartphone tanpa teknologi AI? Kami akan sedikit membahas tentang AI dan penggunaanya pada smartphone terkini.
Sebagai contoh, kita akan coba membahas fitur penghematan daya baterai. Sebelum AI marak digunakan, pengguna harus mengatur secara manual fitur “Performance Mode”, di mana smartphone akan berjalan di kemampuan terbaiknya, yang akan dibutuhkan untuk beberapa aktivitas, seperti bermain game, browsing dengan banyak tab terbuka, ataupun editing konten. Namun, bila pengguna tidak menonaktifkan mode itu setelah selesai beraktivitas, konsumsi daya baterai smartphone tetap akan berada di tingkat yang terbilang tinggi, membuat baterai relatif lebih cepat habis. Kini, dengan AI, tingkat performa bisa ditentukan otomatis dengan memanfaatkan AI itu, sesuai kebutuhan dan kebiasaan pengguna.
Penggunaan AI lain yang cukup marak ada di kamera smartphone. Dengan AI, smartphone bisa menawarkan optimasi pengambilan gambar yang lebih baik. Kamera bisa secara otomatis menyesuaikan parameter pengambilan foto sesuai dengan kondisi lingkungan tempat pengambilan foto. Selain itu, AI juga memungkinkan kamera smartphone mengambil foto berdasarkan objek tertentu, dengan parameter dan efek foto diatur secara otomatis, sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok untuk menonjolkan objek tersebut, misalnya untuk objek makanan, bunga, hewan, juga untuk “beautification“, dan lain sebagainya.
“Teknik” kerja AI ini sebenarnya sudah digunakan selama beberapa waktu, terutama sejak kemunculan personal assistant berbasis suara, seperti Google Assistant. Namun, seiring perkembangan kebutuhan akan AI ini, memanfaatkan cloud untuk AI sudah dipandang merupakan kendala tersendiri. Salah satu faktor utamanya adalah data yang harus dianalisa harus dikirim terlebih dahulu ke cloud, yang tentunya juga tergantung dengan koneksi Internet pada smartphone itu sendiri. Hal ini tentunya jadi tantangan tersendiri bagi pengembang AI untuk smartphone, di mana mereka harus bisa mengatasi “keterbatasan” itu agar adopsi AI menjadi lebih fleksibel dan lebih luas, sehingga AI bisa berjalan lebih optimal. Solusinya, AI pun kini “diproses” di dalam smartphone itu sendiri.
Sebagai contoh, untuk AI di kamera, pengenalan objek-objek yang cukup umum untuk pemilihan “scene” foto, seperti makanan, bunga, dan beberapa jenis objek lain, sudah bisa dilakukan sepenuhnya di smartphone yang sudah dilengkapi dengan komponen-komponen yang mendukung AI. “On-Device AI” seperti ini memanfaatkan sejumlah prosesor di dalam SoC smartphone, seperti CPU, GPU, dan lain-lain untuk analisa data di dalam smartphone sendiri, sehingga hasilnya bisa didapatkan langsung, tidak perlu dilakukan oleh cloud, yang membuat smartphone yang tidak terhubung ke Internet pun bisa mendapatkan manfaat AI ini. Lalu, apa “On-Device AI” ini memiliki perbedaan dengan “AI” berbasis cloud?
Walaupun begitu, on-device AI tentunya memiliki respon yang lebih cepat, karena proses dilakukan di dalam smartphone itu sendiri. On-device AI ini juga lebih efisien, karena smartphone tidak perlu terus-menerus terhubung ke cloud ketika ada proses AI berjalan, terlebih lagi ketika koneksi Internet tidak stabil, yang umumnya selain memakan paket data, akan menguras daya baterai. Selain itu, karena tidak ada transfer data ke cloud, AI “internal” smartphone ini juga relatif lebih aman.
Menariknya, on-device AI ini tetap bisa berkembang, menyesuaikan diri dengan kebutuhan yang ada. On-device AI pun tetap berkomunikasi dengan AI di cloud untuk “belajar”, meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang lebih luas. Jadi, on-device AI ini bukan benar-benar menggantikan total fungsi AI berbasis cloud, tetapi akan menjadi pelengkap untuk menawarkan AI yang lebih fleksibel di smartphone.
Sebagai sebuah “paket”, AI Engine ini terdiri dari komponen hardware dan komponen software. Di sisi hardware, Qualcomm menyebutkan bahwa AI Engine ini dimungkinkan berkat kerja sama dari CPU Kryo, GPU Adreno, dan Hexagon Vector Processor, yang ada di DSP Hexagon di SoC Snapdragon. Komponen-komponen hardware itu bisa bekerja sama, di mana masing-masing komponen itu akan menangani pemrosesan komponen analisa data AI yang berbeda, saling mendukung satu-sama-lain, membuat proses AI menjadi efisien, sesuai dengan tuntutan on-device AI yang ada.
Komponen hardware dari AI Engine itu akan bekerja sama dengan beberapa komponen software, yang memungkinkan pengembang aplikasi bisa mendapatkan akses untuk memanfaatkan CPU, GPU, dan DSP di SoC Snapdragon yang siap untuk AI Engine, untuk melakukan proses AI. Selain itu, terdapat juga komponen software yang medukung pertukaran data antara smartphone dengan cloud, untuk mendukung AI dalam smartphone berkomunikasi dengan AI di cloud untuk belajar, atau menjalankan analisa yang tidak bisa dilakukan secara on-device. Qualcomm menyebutkan, kemampuan tinggi dari SoC yang telah dipersenjatai dengan AI Engine ini akan menawarkan pengalaman on-device AI yang bisa memuaskan kebutuhan penggunanya.
Source : jagatreview.com
PT KONTAK PERKASA FUTURES - Lalu, apa yang sebenarnya dimaksud sebagai AI yang ada di smartphone-smartphone terkini itu. Apa yang membuatnya smartphone tersebut lebih unggul, jika dibandingkan dengan smartphone tanpa teknologi AI? Kami akan sedikit membahas tentang AI dan penggunaanya pada smartphone terkini.
Smartphone & “AI”: Kombinasi Kekinian
Penggunaan AI di smartphone menghadirkan beberapa fitur baru, contohnya adalah personal assistant. Beragam personal assistant, seperti Google Assistant, Siri, dan Cortana hadir dengan memanfaatkan teknologi AI ini. Dan saat ini, perkembangan teknologi AI telah mampu meningkatkan fitur-fitur pada smartphone itu sendiri, di luar personal assistant, mulai dari untuk performa, konsumsi daya, fitur kamera, serta fitur-fitur lain yang mendukung kenyamanan dan kemudahan penggunaan. Dengan kemampuan AI, optimasi fitur-fitur tersebut tidak hanya berfungsi sebagaimana yang ditetapkan produsen smartphone, tetapi bisa berkembang sesuai dengan kebiasaan pengguna.Sebagai contoh, kita akan coba membahas fitur penghematan daya baterai. Sebelum AI marak digunakan, pengguna harus mengatur secara manual fitur “Performance Mode”, di mana smartphone akan berjalan di kemampuan terbaiknya, yang akan dibutuhkan untuk beberapa aktivitas, seperti bermain game, browsing dengan banyak tab terbuka, ataupun editing konten. Namun, bila pengguna tidak menonaktifkan mode itu setelah selesai beraktivitas, konsumsi daya baterai smartphone tetap akan berada di tingkat yang terbilang tinggi, membuat baterai relatif lebih cepat habis. Kini, dengan AI, tingkat performa bisa ditentukan otomatis dengan memanfaatkan AI itu, sesuai kebutuhan dan kebiasaan pengguna.
Penggunaan AI lain yang cukup marak ada di kamera smartphone. Dengan AI, smartphone bisa menawarkan optimasi pengambilan gambar yang lebih baik. Kamera bisa secara otomatis menyesuaikan parameter pengambilan foto sesuai dengan kondisi lingkungan tempat pengambilan foto. Selain itu, AI juga memungkinkan kamera smartphone mengambil foto berdasarkan objek tertentu, dengan parameter dan efek foto diatur secara otomatis, sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok untuk menonjolkan objek tersebut, misalnya untuk objek makanan, bunga, hewan, juga untuk “beautification“, dan lain sebagainya.
Bagaimana “AI” Bekerja?
Melihat fungsi dari AI di smartphone itu, hal yang mungkin membuat kita penasaran adalah bagaimana sebenarnya AI ini bisa membuat kemampuan yang ditawarkan smartphone berkembang sesuai dengan apa yang dibutuhkan penggunanya. Secara singkat, “AI” di sini berarti ada suatu sistem yang bertugas untuk melakukan analisa terhadap aktivitas pengguna, di mana data-data yang dibutuhkan untuk dianalisa itu dikirimkan oleh smartphone ke sistem tersebut. Sistem tersebut umumnya ditempatkan di cloud, yang dikelola oleh pengembang sistem, misalnya Google untuk Google Assistant. Nantinya, informasi hasil analisa data tersebut digunakan smartphone untuk meningkatkan kemampuan fitur yang ada di dalamnya.“Teknik” kerja AI ini sebenarnya sudah digunakan selama beberapa waktu, terutama sejak kemunculan personal assistant berbasis suara, seperti Google Assistant. Namun, seiring perkembangan kebutuhan akan AI ini, memanfaatkan cloud untuk AI sudah dipandang merupakan kendala tersendiri. Salah satu faktor utamanya adalah data yang harus dianalisa harus dikirim terlebih dahulu ke cloud, yang tentunya juga tergantung dengan koneksi Internet pada smartphone itu sendiri. Hal ini tentunya jadi tantangan tersendiri bagi pengembang AI untuk smartphone, di mana mereka harus bisa mengatasi “keterbatasan” itu agar adopsi AI menjadi lebih fleksibel dan lebih luas, sehingga AI bisa berjalan lebih optimal. Solusinya, AI pun kini “diproses” di dalam smartphone itu sendiri.
“AI” Bisa Diproses di Smartphone?
Ya, bisa! Analisis data untuk kebutuhan AI pun bisa dikerjakan di smartphone, dengan memanfaatkan komponen-komponen yang ada di smartphone. Memang, untuk saat ini, pengolahan AI di smartphone masih ada di tingkat yang jauh lebih sederhana dari yang bisa ditawarkan oleh AI dengan cloud, sehingga tetap saja cloud akan dibutuhkan untuk menawarkan semua kemampuan AI di smartphone. Namun, karena ada proses yang bisa dikerjakan di smartphone, AI pun bisa jadi lebih efisien.Sebagai contoh, untuk AI di kamera, pengenalan objek-objek yang cukup umum untuk pemilihan “scene” foto, seperti makanan, bunga, dan beberapa jenis objek lain, sudah bisa dilakukan sepenuhnya di smartphone yang sudah dilengkapi dengan komponen-komponen yang mendukung AI. “On-Device AI” seperti ini memanfaatkan sejumlah prosesor di dalam SoC smartphone, seperti CPU, GPU, dan lain-lain untuk analisa data di dalam smartphone sendiri, sehingga hasilnya bisa didapatkan langsung, tidak perlu dilakukan oleh cloud, yang membuat smartphone yang tidak terhubung ke Internet pun bisa mendapatkan manfaat AI ini. Lalu, apa “On-Device AI” ini memiliki perbedaan dengan “AI” berbasis cloud?
Beda “On-Device AI” di Smartphone dan “AI” Biasa
On-Device AI tentunya memiliki perbedaan dengan AI berbasis cloud, terutama dalam skala kemampuan yang ditawarkan. Ya, apa yang bisa diproses di smartphone tentunya tidak seluas apa yang bisa diproses oleh cloud, karena cloud pastinya memiliki kemampuan proses jauh lebih tinggi dari sebuah smartphone. AI yang bisa diproses secara lokal di smartphone umumnya memiliki fungsi yang lebih terbatas, tetapi sudah bisa memenuhi sebagian kebutuhan AI di smartphone itu sendiri.Walaupun begitu, on-device AI tentunya memiliki respon yang lebih cepat, karena proses dilakukan di dalam smartphone itu sendiri. On-device AI ini juga lebih efisien, karena smartphone tidak perlu terus-menerus terhubung ke cloud ketika ada proses AI berjalan, terlebih lagi ketika koneksi Internet tidak stabil, yang umumnya selain memakan paket data, akan menguras daya baterai. Selain itu, karena tidak ada transfer data ke cloud, AI “internal” smartphone ini juga relatif lebih aman.
Menariknya, on-device AI ini tetap bisa berkembang, menyesuaikan diri dengan kebutuhan yang ada. On-device AI pun tetap berkomunikasi dengan AI di cloud untuk “belajar”, meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang lebih luas. Jadi, on-device AI ini bukan benar-benar menggantikan total fungsi AI berbasis cloud, tetapi akan menjadi pelengkap untuk menawarkan AI yang lebih fleksibel di smartphone.
AI Engine: Paket “On-Device AI” dari Qualcomm
Seperti yang sudah dibahas di atas, on-device AI membutuhkan prosesor-prosesor di dalam smartphone untuk bekerja, mengolah data menjadi informasi untuk kebutuhan AI. Mari kita ambil contoh dari paket dari Qualcomm untuk “on-device AI”, yang mereka sebut sebagai AI Engine, yang tersedia di beberapa SoC kelas menengah ke atas mereka. AI Engine ini sendiri tersedia di SoC kelas menengah, Snapdragon 660 & Snapdragon 670, serta SoC kelas atas, mulai dari Snapdragon 710, Snapdragon 820/821, Snapdragon 835, hingga Snapdragon 845/850.Sebagai sebuah “paket”, AI Engine ini terdiri dari komponen hardware dan komponen software. Di sisi hardware, Qualcomm menyebutkan bahwa AI Engine ini dimungkinkan berkat kerja sama dari CPU Kryo, GPU Adreno, dan Hexagon Vector Processor, yang ada di DSP Hexagon di SoC Snapdragon. Komponen-komponen hardware itu bisa bekerja sama, di mana masing-masing komponen itu akan menangani pemrosesan komponen analisa data AI yang berbeda, saling mendukung satu-sama-lain, membuat proses AI menjadi efisien, sesuai dengan tuntutan on-device AI yang ada.
Komponen hardware dari AI Engine itu akan bekerja sama dengan beberapa komponen software, yang memungkinkan pengembang aplikasi bisa mendapatkan akses untuk memanfaatkan CPU, GPU, dan DSP di SoC Snapdragon yang siap untuk AI Engine, untuk melakukan proses AI. Selain itu, terdapat juga komponen software yang medukung pertukaran data antara smartphone dengan cloud, untuk mendukung AI dalam smartphone berkomunikasi dengan AI di cloud untuk belajar, atau menjalankan analisa yang tidak bisa dilakukan secara on-device. Qualcomm menyebutkan, kemampuan tinggi dari SoC yang telah dipersenjatai dengan AI Engine ini akan menawarkan pengalaman on-device AI yang bisa memuaskan kebutuhan penggunanya.
Source : jagatreview.com
- Get link
- X
- Other Apps